Lifting plan dibuat sebelum dilakukan pekerjaan lifting atau pengangkatan
yang menggunakan alat berat seperti TMC (Truck Mounted Crane), Mobile Crane,
Tower Crane, Crawler Crane, dll
Ø Sebelum membuat lifting plan, ada
beberapa data penting yang perlu kita siapkan yaitu :
1)
Dimensi dan berat beban yang akan diangkat
2)
Jenis dan kapasitas crane yang akan digunakan
3)
Load chart dari crane yang akan digunakan untuk
mengetahui kapasitas angkat crane optimum pada derajat boom,panjang boom yang
akan digunakan (working radius), panjang outrigger dan jarak as ke as antar
crane dan beban yang akan diangkat).
4)
Alat bantu angkat (lifting gear) apa saja yang akan
digunakan
5)
Hasil inspeksi crane dan lifting gear (untuk crane
dapat dilakukan inspeksi visual,load test (untuk testing ada nya kebocoran pada
hydraulic system atau tidak, ada keretakan atau kerusakan pada hook dan wire
sling atau tidak, dll (mungkin nanti akan dijelaskan di page berbeda mengenai
crane inspection ya teman2 hehe) jika lifting gear seperti chain block, level
block, wire rope dapat dilakukan metode inspeksi NDT seperti Penetrant Test
atau Magnetic Particle Inspection (MPI) untuk mengetahui ada cacat atau
keretakan atau tidak.
6)
Lokasi pengangkatan (area yang lapang atau kah ada
existing facility di area tersebut)
7)
Total beban dari lifting gear yang akan digunakan
8)
Panjang webbing / wire sling yang akan digunakan
Setelah data
– data tersebut di dapatkan, selanjutnya akan dilakukan pengolahan data untuk
menentukan panjang boom yang akan digunakan, dan berat beban yang boleh di
gunakan lewat load chart :
Jika kita
mengambil contoh untuk mengangkat beban misal container atau porta cabin)
dengan berat total maksimum 5 ton, kemudian kita akan menggambar nya pada
program autocad untuk lebih jelasnya seperti dibawah :
Dari program
autocad tersebut, kita juga bias mendapat kan berapa derajat kemiringan dari
boom atau boom angle dari crane yang akan dilakukan dalam proses pekerjaan
pengangkatan tersebut. Tidak hanya boom angle saja, tapi kita bias juga
mendapat berapa jarak yang aman antara crane dan mobil pengangkut yang
digunakan.
Contoh saya
mengambil load chart untuk crane KATO kapasitas 25 Ton (yang pernah kami
gunakan) :
Setelah kita
dapat menggambar rencana angkat dan bisa membaca load chart, kita juga harus
menghitung lifting plan tersebut, yaitu dengan cara sebagai berikut :
Ø kita harus mendapat data crane :
misal crane
yang digunakan ialah Crane KATO kapasitas 25 ton
beban total yang diangkat : (jumlah antara berat
beban utama yang diangkat + berat total lifting gear yang digunakan) yang
dikali kan dengan Dynamic Factor diambil dari table di bawah.
Ø selanjutnya kita harus mengetahui
prosentase kondisi crane yang kita gunakan dari hasil inspeksi. jika kita
mengambil prosentasi kondisi crane 95 % dikarenakan dari hasil inspeksi crane
dinyatakan aman, tidak ada kebocoran huydraulic dan tahun penggunan dibawah 2
tahun, maka kita akan korelasikan perhitungannya dengan beban aman yang ada
dalam load chart sebagai berikut:
a)
kondisi crane = 95 %
b)
berat yang diperbolehkan sesuai load chart = 7.1 ton
c)
maka Lifting capacity = 7.1 ton x 95 % = 6.745 ton
Ø setelah itu kita harus menghitung
Safety Factor untuk lifting activity ini dengan cara membagi lifting capacity
dengan Total beban (total beban x DAF), Safety factor = lifting capacity /
total load = 6,745 ton / 6,16 ton = 1.09
jika kita mendapat lifting capacity < dari beban
angkat maksimal yang diperbolehkan di load chart, maka dapat dinyatakan proses
pengangkatan aman untuk dilakukan
Drawing
lifting plan (tampak samping)
tks
BalasHapus