Senin, 15 Juni 2015

Cara Membuat Lifting Plan (Rencana Angkat)

Lifting plan dibuat sebelum dilakukan pekerjaan lifting atau pengangkatan yang menggunakan alat berat seperti TMC (Truck Mounted Crane), Mobile Crane, Tower Crane, Crawler Crane, dll
Ø  Sebelum membuat lifting plan, ada beberapa data penting yang perlu kita siapkan yaitu :

1)      Dimensi dan berat beban yang akan diangkat
2)      Jenis dan kapasitas crane yang akan digunakan
3)      Load chart dari crane yang akan digunakan untuk mengetahui kapasitas angkat crane optimum pada derajat boom,panjang boom yang akan digunakan (working radius), panjang outrigger dan jarak as ke as antar crane dan beban yang akan diangkat).
4)      Alat bantu angkat (lifting gear) apa saja yang akan digunakan
5)      Hasil inspeksi crane dan lifting gear (untuk crane dapat dilakukan inspeksi visual,load test (untuk testing ada nya kebocoran pada hydraulic system atau tidak, ada keretakan atau kerusakan pada hook dan wire sling atau tidak, dll (mungkin nanti akan dijelaskan di page berbeda mengenai crane inspection ya teman2 hehe) jika lifting gear seperti chain block, level block, wire rope dapat dilakukan metode inspeksi NDT seperti Penetrant Test atau Magnetic Particle Inspection (MPI) untuk mengetahui ada cacat atau keretakan atau tidak.
6)      Lokasi pengangkatan (area yang lapang atau kah ada existing facility di area tersebut)
7)      Total beban dari lifting gear yang akan digunakan
8)      Panjang webbing / wire sling yang akan digunakan
Setelah data – data tersebut di dapatkan, selanjutnya akan dilakukan pengolahan data untuk menentukan panjang boom yang akan digunakan, dan berat beban yang boleh di gunakan lewat load chart :


Jika kita mengambil contoh untuk mengangkat beban misal container atau porta cabin) dengan berat total maksimum 5 ton, kemudian kita akan menggambar nya pada program autocad untuk lebih jelasnya seperti dibawah :
Dari program autocad tersebut, kita juga bias mendapat kan berapa derajat kemiringan dari boom atau boom angle dari crane yang akan dilakukan dalam proses pekerjaan pengangkatan tersebut. Tidak hanya boom angle saja, tapi kita bias juga mendapat berapa jarak yang aman antara crane dan mobil pengangkut yang digunakan.

Contoh saya mengambil load chart untuk crane KATO kapasitas 25 Ton (yang pernah kami gunakan) :
 Bagaimana cara membaca load chart tersebut ? berikut dibawah keterangannya ya
Setelah kita dapat menggambar rencana angkat dan bisa membaca load chart, kita juga harus menghitung lifting plan tersebut, yaitu dengan cara sebagai berikut :

Ø  kita harus mendapat data crane :
misal crane yang digunakan ialah Crane KATO kapasitas 25 ton

beban total yang diangkat : (jumlah antara berat beban utama yang diangkat + berat total lifting gear yang digunakan) yang dikali kan dengan Dynamic Factor diambil dari table di bawah.

Ø  selanjutnya kita harus mengetahui prosentase kondisi crane yang kita gunakan dari hasil inspeksi. jika kita mengambil prosentasi kondisi crane 95 % dikarenakan dari hasil inspeksi crane dinyatakan aman, tidak ada kebocoran huydraulic dan tahun penggunan dibawah 2 tahun, maka kita akan korelasikan perhitungannya dengan beban aman yang ada dalam load chart sebagai berikut:
a)      kondisi crane = 95 %
b)      berat yang diperbolehkan sesuai load chart = 7.1 ton
c)      maka Lifting capacity = 7.1 ton x 95 % = 6.745 ton
Ø  setelah itu kita harus menghitung Safety Factor untuk lifting activity ini dengan cara membagi lifting capacity dengan Total beban (total beban x DAF), Safety factor = lifting capacity / total load = 6,745 ton / 6,16 ton = 1.09
jika kita mendapat lifting capacity < dari beban angkat maksimal yang diperbolehkan di load chart, maka dapat dinyatakan proses pengangkatan aman untuk dilakukan

Drawing lifting plan (tampak samping)



1 komentar: